English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday, April 5, 2013

HATI – 3

Abd.Razak Muhidin
Masih seperti pada dua jum’at sebelumnya yaitu deskripsi tentang hati yaitu tanda-tanda hati dalam keadaan sehat dan sakit. MIHRAB kali ini terus mengungkap permasalahan ini, sebab hati berperan besar dalam menentukan perjalanan hidup seseorang. Apabila hati itu baik maka akan membawa si empunya ke arah kebaikan dan sebaliknya kalau hati itu rusak maka akan membawa pada kerusakan. Adapaun tanda-tanda baik (sehat) nya hati dan sakitnya atau matinya hati telah dipaparkan pada jum’at sebelumnya. Maka MIHRAB kali kembali menyingkap tentang hal-hal yang menimbulkan penyakit hati, Semoga kita dapat mendeteksi apakah penyebab-penyebab penyakit hati tersebut ada pada kita sehingga kita bisa menghindari, atau mempertahankan keberadaan hati kita pada masa sekarang bahkan lebih ditingkatkan lagi.

Dalam “Kiat Menjadi Hamba Pilihan” Imam Al-Ghazali menukilkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah IbnulYaman antara lain “Akan disodorkan (dilekatkan) beberapa fitnah hati sebagaimana proses menjalin tikar, sehelai demi sehelai. Hati mana yang paling kuat daya serapnya terhadap fitnah-fitnah itu maka akan tertulis sebuah noktah hitam di dalam hatinya. Dan Hati mana yang paling mengingkari fitnah-fitnah tersebut maka akan tertulis di dalam hati itu sebuah noktah putih. Sampai hati itu terbagi menjadi dua : hati yang hitam berwarna debu seperti cangkir yang terjungkir. Tidak mengetahui yang makruf dan tidak mengingkari yang mungkar kecuali sangat menyerap hawa nafsunya. (Yang satunya lagi adalah) hati putih yang tidak terkena bahaya satu fitnah pun selama langit dan bumi (masih ada)”. (HR. Muslim).

Rasulullah SAW telah membagi hati yang terkena fitnah menjadi dua bagian : sebuah hati yang jika dipertontonkan pada fitnah, maka dia akan menyerapnya. Hal itu seperti bunga karang yang menyerap air. Di dalamnya akan tertulis noktah hitam. Dia aka terus saja menyerap setiap fitnah yang disodorkan kepadanya, sehingga pada akhirnya hati itu pun berubah menjadi hitam dan terjungkir. Itulah yang dimaksud dengan sabda Rasulullah yaitu cangkir yang terpelanting dalam keadaan tertelungkup.

Apabila sebuah hati berubah menjadi hitam dan terjungkir, maka ada dua bahaya yang disodorkan kepadanya. Kedua bahaya itu merupakan dua penyakit kronis yang saling melempar untuk kehancuran. Salah satu dari penyakit itu adalah samarnya antara yang makruf dan yang mungkar. Dia tidak bisa lagi mengetahui yang makruf dan tidak lagi mengingkari yang mungkar. Mungkin saja penyakit ini berhasil meyakinkan dirinya sehingga dia meyakini yang makruf sebagai yang mungkar, yang mungkar sebagai yang makruf, bid’ah sebagai sunnah dan sunnah sebagai bid’ah. Yang hak sebagai batil dan yang batil sebagai yang hak. Dia lebih memenangkan hawa nafsunya dari pada ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah SAW. Dia tunduk dan mengikuti keinginan nafsu bejatnya belaka.

Sedangkan bagian yang kedua adalah hati putih yang memancarkan cahaya iman dan diterangi oleh pelita. Jika ada fitnah yang disodorkan kepadanya, maka dia akan langsung mengingkari dan menolaknya. Dengan demikian cahaya dan pancarannya semakin ber tambah. Seseorang yang memiliki hati yang putih bersih yang terus memancarkan cahaya yang menerangi dirinya, sehingga semakin hari bertambahlah amal kebajikan dan tidak terhenti keadaannya seperti itu sampai akhir hidupnya. Hati yang putih bersih yang bebas dari fitnah, noda dan dosa, tidak akan dikalahkan oleh keadaan, apakah ketika susah atau ketika senang, apakah ketika ada atau tidak ada. Baginya susah dan senang hampir tidak ada padanya karena semuanya telah ia jadikan sebagai media untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ketika dia mendapatkan keberutungan (kesenagan) dia tidak merasa bahwa itu sebuah kesenangan karena yang paling penting baginya ialah apabila ada media yang menghantarkannya kepada Allah. Dalam pandangannya seperti ini, maka media yang berupa kesenangan itu yang paling ia sukuri dari pada kesenangan yang datang dari wujud benda yang membawa kesenangan itu sendiri. Maka bagi dia hati senang itu yang paling ia sukuri dari pada mobil itu. Logikanya jelas, bahwa orang yang punya mobil belum tentu memiliki rasa senang, tetapi orang yang mempunyai (memiliki) rasa senang akan merasakan seperti dia memiliki mobil walau dia tidak punya.

Ketahuilah bahwa semua perbuatan maksiat merupakan racun hati dan menjadi sebab penyakit dan hancurnya hati tersebut. Perbuatan maksiat merupakan penyebab penyakit hati, mengakibatkan keinginan hati bukan untuk Allah dan membuat penyakit itu semakin kronis saja. Barang siapa ingin hati dan hidupnya selamat maka dia wajib membersihkan hatinya dari berbagai pengaruh racun yang mematikan tersebut. Tidak cukup hanya itu dia juga harus memelihara hatinya agar tidak terkena racun yang baru. Jika sampai terkea racun tersebut walau hanya sedikit, hendaklah dia bergegas menghapusnya dengan cara bertaubat, istighfar dan mengerjakan amal baik yang bisa menghapus dosanya. Adapun racun hati itu ada 4 yaitu : -Terlalu banyak bicara, sering mengumbar pandangan mata, terlalu banyak makan, dan terlalu sering bergaul.

Berbicara tidak dilarang, tetapi kalau terlalu banyak berbicara maka bisa berakibat mengada-ada atau menghiasi kata-kata untuk mempengaruhi para pendengar. Karenanya dinasehati oleh Rasulullah agar berbicaralah yang benar atau kalau tidak begitu maka sebaiknya diam. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa apabila engkau melihat kawanmu diam kesendirian maka dekatilah dia. Sabda Nabi ini mengandung makna bahwa ada hikmah yang dapat diambil dari seseorang yang berdiam diri, tidak banyak bicara. Diam nya seseorang bisa terjadi karena dia memikirkan alam semesta ciptaan Allah sebagai mana tercantum dalam QS.3/Ali Imran : 90 – 91 dan sesuai dengan sabda Nabi bahwa ada 7 golongan manusia yang mendapat perlindungan Allah di hari kiamat salah satunya adalah orang yang memandang langit dan bumi seraya memuji kebesaran Allah atau sangat boleh jadi dia sedang dzikrullah (berdzikir) kepada Allah. Disnilah isyarat sabda Nabi agar dia di dekati. Belum tentu seorang yang bersendirian itu sedang putus asa dari kehidupan, karena bersendirian dalam keputusasaan adalah dilarang oleh Islam.

Dalam kitab musnad dari Abbas ra. Bahwa Rasulullah SAW bersabda “Iman seorang hamba belum dianggap istiqamah (stabil) sampai hatinya bisa beristiqamah. Dan hati seorang hamba tidak bisa dikatakan istiqamah (stabil) sampai lisan (lidahnya) bisa istiqamah (jujur)”. Almunziri berkata status hadits tersebut dha’if. Disebutkan dalam Dalam hadits lain Rasulullah bersabda “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (kiamat) hendaklah dia berkata baik atau diam saja”. Sedangkan Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Ibnu Umar “Janganlah banyak bicara selain dzikir kepada Allah. Sesungguhnya terlalu banyak bicara yang selain zikir kepada Allah bisa menyebabkan hati menjadi keras. Dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang hatinya keras. Demikian…Wallahu A’lam.

0 comments:

Post a Comment