English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday, June 7, 2013

ISRA’ MI’RAJ

Dan Patologi Sosial

Setiap bulan hijriyah dalam Islam ada identifikasinya tersediri yang dikaitkan dengan momentum tertentu. Demikian juga dengan bulan Rajab yang didalamnya ada momentum Isra’ Mi’raj. Ada suatu hal yang perlu diperhatikan oleh umat Islam ketika menyambut peristiwa Isra’ Mi’raj dalam setiap tahun, bahwa masyarakat Arab (Makkah khususnya) pada waktu itu hidup dalam alam jahiliyah. Segala cara dilakukan untuk mencapai apa yang diinginkan, karenanya tidak jarang kita saksikan dalam paparan sejarah, perbudakan manusia terjadi dimana-mana. Yang kuat berkuasa dan yang lemah tertindas. Melakukan dosa dan kesalahan menjadi perkara biasa, bukan lagi menjadi aib bagi siapa saja yang melakukan kejahatan. Bisa disebut bahwa kebaikan dan keburukan itu sama saja, dimana masyarakat manusia pada waktu itu tidak perduli lagi engkau mau berbuat apa, dan setrusnya bisa disebut bahwa orang sudah tidak mengenal apa itu kebaikan dan apa itu keburukan.

Nah…dalam kondisi masyarakat seperti itu Nabi Muhammad saw di Isra’mi’rajkan oleh Allah swt. Perlu juga dicatat bahwa menjelang Isra’ Mi’raj itu Nabi Muhammad saw dan para sahabat serta pengikut-pengikutnya semakin mendapatkan tekanan yang semakin dahsyat dari kaum kafir quraisy. Ada beberapa tokoh penting yang selama ini berada disamping Nabi, mendukung perjuangan Beliau, bersama dan membela Nabi dalam segala situasi dan keadaan, kini telah tiada. Istri Beliau Ummul mukminin Khadijah ra telah meninggal dunia dalam sebulan dua. Berselang dari itu paman Beliau (Abu Thalib) yang selama ini menjaga Nabi dari gangguan oraang-orang kafir juga menyusul meninggal dunia. Hilangnya dua tokoh ini membuat orang-orang kafir semakin meningkatkan gangguan dan tekanan keatas Nabi dan pengikutnya. Sudah tidak ada kehawatiran bagi mereka untuk melakukan kezhaliman kepada Nabi dan kaum muslimin, yang kalau sebelumnya mereka berani mengganggu tapi masih ada bayangan Abu Thalib di belakang Nabi saw.

Situasi yang terjadi pada akhir-akhir itu sangat merisaukan Nabi saw sehingga semakin Beliau mengasingkan diri merenungkan nasib dakwah perjuangan Islam dan kaum muslimin, memikirkan bagaimana mengeluarkan masyarakat dari PEKAT (penyakit masyarakat) yang semakin menjadi-jadi dan hal-hal lain yang menyangkut keluarga beliau sendiri. Sebagaimana biasa ketika orang sudah bersiap-siap menuju tempat tidur pada waktu malam, Beliau keluar menuju Masjidil Haram, mengadukan halnya kepada Allah swt dan keprihatinan yang tinggi terhadap perjalanan Islam dan kaum muslimin serta masyarakat pada umumnya. Dalam pada itu ternyata Allah swt menghendaki agar Beliau di Isra’mi’rajkan. Malaikat Jibril datang menyampaikan instruksi dari Allah swt agar pada malam itu juga peristiwa besar itu dimulai. Maka sebagai hamba yang selalu pasrah dan taat setia kepada Allah swt, Nabi sawpun segera berangkat mengikuti kemana perginya Jibril atas intruksi dari Allah swt.

Perjalananpun dimulai dan tantangan sebagaimana yang selalu beliau temui setiap hari, justru ketika Isra’ itu juga tidak pernah sepi. Nabi saw mendengar ada panggilan entah dari siapa. Panggilan itu jelas kedengaran “Muhammaaaaad….berhenti !!”.... panggilan itu terus terjadi sehingga Nabi saw bertanya kepada Jibril, “Siapakah itu ?”. Jibril menjawab bahwa itu adalah panggilan duniawi. Jawaban Jibril ini adalah sebuah isyarat bahwa sebagai umat Nabi Muhammad saw dalam mengamalkan ajaran Islam ini banyak godaan duniawi yang harus diwaspadai. Belum lama dari itu, Nabi dan Jibril bertemu dengan seorang nenek tua renta, berdandan nyentrik, menggoda hati siapa saja, lalu Nabi bertanya siapakah itu wahai Jibril ?. Itu adalah sosok dari dunia ini yang sudah sangat tua, jawab Jibril. Sekali lagi jawaban Jibril tentang sosok dunia yang sudah tua, tetapi tampilan yang datang dari dunia yang menggiurkan itu membuat orang lupa daratan, walaupun disadari kerentaan dari dunia itu, tetapi kebanyakan manusia menjadi silau.

Perjalanan Isra’ telah sampai ke destinasi yang dituju itulah Baitul maqdis sebuah Masjid yang ada di Palestina sekarang yang juga menjadi tempat yang disucikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Disana telah menanti seluruh arwah dari para Nabi, semuanya datang menyambut kedatangan Nabi akhir zaman Nabi Muhammad saw, dan sebagai penghormatan kepada Nabi Muhammad saw, Beliau dipersilahkan menjadi imam dalam pelaksanaan shalat sunnat dua rakaat. Setelah itu Beliau Nabi saw disuguhkan tiga minuman, yaitu minuman susu, madu dan arak. Diserahkan kepada Beliua manakah yang akan diminum, ternyata Beliau memilih susu. Dan proses selanjutnya adalah pembedahan keatas diri Beliau yang dilakukan oleh Jibril dibantu oleh beberapa malaikat. Proses pembedahan itu adalah dalam rangka mengeluarkan segala penyakit kejiwaan dan dimasukkan ilmu, hikmah dan iman ke dalam dada Beliau. Sebuah proses yang diduga oleh ilmu pengetahuan modern operasi khusus sebagai persiapan berangkat ke luar angkasa (Mi’raj).

Dan mi’rajpun siap dijalankan oleh Nabi dan Jibril menembus angkasa raya, yang diduga oleh para ahli bahwa sampai kapanpun, jagat raya ini tidak akan bisa dijelajahi oleh umat manusia karena terbatas usia apalagi manusia diakhir zaman hanya sampai pada usia 100 tahun itupun langka. Mayoritasnya usia diakhir zaman ini hanya 60 lebih. Apalagi dengan usia sesingkat itu dipakai untuk sampai ke Sidratul Muntaha, adalah sebuah kemustahilan karena untuk menjangkau seluruh jagat raya ini diduga memerlukan waktu bertriliunan tahun bahkan lebih. Lalu informasi dari perjalanan Isra’ inipun kita peroleh dimana Allah swt memberikan tamsilan kepada Nabi saw, semoga nantinya kita bisa mengambil I’tibar, ditengah kehidupan yang semakin terpukau oleh bujuk rayu dunia ini.

Nabi melihat segolongan manusia yang memukulkan kepala ke batu, berdarah lalu sembuh, kemudian dipukul lagi kembali. Jibril menjelaskan bahwa itu adalah tamsilan bagi orang-orang yang meninggalkan shalat. Nabi juga melihat segolongan manusia mengetam padi, baru selesai diketam tetapi tumbuh kembali dalam sekejap dan diketam lagi berulang-ulang. Jibril menjelaskan bahwa itu adalah tamsilan bagi orang-orang yang rajin bershadaqah dan berzakat. Nabi juga melihat segolongan manusia yang memikul beban yang berat, tetapi minta untuk ditambahkan lagi, sudah tidak berdaya dengan beban yang berat itu tetapi minta ditambahkan lagi. Jibril menjellaskan bahwa itu adalah para pemimpin dan orang-orang yang melalaikan amanat. Nabi juga melihat segolongan manusia yang memakan daging yang busuk, sementara ada daging yang enak dan lezat, tetapi mereka justru memilih daging yang busuk. Jibril menjelaskan bahwa itu adalah tamsilan bagi orang-orang yang berzina yang punya istri/suami tetapi berselinguh. Nabi juga melihat perempuan yang digantung payudaranya, dan juga ada segolongan manusia yang berenang dalam lautan darah dan nanah. Semua ini adalah tamsilan dari kejahatan yang dilakukan dalam kehidupan ini, bahwa apa yang kita lakukan bakal akan ada pembalasannya.

Inilah yang kita sebut dalam judul diatas bahwa Isra’ Mi’raj yang kita rayakan setiap tahun kiranya menjadi bahan patologi kita dalam mengobati penyakit masyarakat kita yang sekian ini didera krisis multi dimensional. Apa artinya kalau kita peringati Isra’ Mi’raj tetapi korupsi semakin menjadi-jadi. Dan apa artinya amanah yang disebut-sebut sebagai sesuatu yang berat dan penting, tetapi kelalaian memikul amanat itu masih saja terjadi ? Semoga menjadi bahan renungan kita semua. Wallahu a’lam. Oleh : Abd. Razak Muhidin

0 comments:

Post a Comment