Ramadhan telah di ambang pintu dan sebentar lagi kita akan memasuki bulan yang paling mulia, yang menjadi penghulu segala bulan. Betapa Allah teramat kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga dibawa-Nya usia kita menelusuri liku-liku perjalanan tahun 1434 H atau Tahun 2013 M hingga saat ini. Dengan sisa waktu yang hanya sebentar lagi memasuki Ramadhan ini, rasa hatipun bercampur aduk antara bahagia dan sedih, antara cemas dan optimis, yakin dan ragu-ragu. Mengapa demikian ? Ya…tidak lain, rasa hati yang bercampur baur itu pasti saja terjadi. Kita merasa bahagia bahwa Ramadhan semakin dekat tetapi kita juga sedih lantaran rahasia usia/umur berada di tangan Allah, sementara pengalaman menjadi guru yang berharga bagi kita semua, bahwa mereka-mereka yang kita cintai, dari ayah ibu kita, sanak keluarga, sahabat dan rekan-rekan kita dalam sehari dua ini telah dipanggil oleh Allah mendahului kita, meninggalkan dunia yang fana ini. Bahkan kalau ada pengalaman pada tahun lalu akan mengingatkan kita, bahwa ada diantara mereka itu, hanya sehari saja memasuki Ramadhan mereka justru dipanggil oleh Allah swt.
Pengalaman yang demikian itu telah menimbun dalam album memori kita masing-masing yang tersumbul dari rasa kehambaan betapa lemah dan kuranngnya diri di hadapan kebesaran Allah swt. Orang-orang shaleh, para arifin billah telah memberikan nasehat bahwa bila menilik rahasia umur, bisa menimbulkan rasa optimis dan juga pesimis. Rasa optimis akan membawa pada keyakinan yang teguh dan utuh, semenara rasa pesimis akan membuat takut dan cemas dan itu pasti ada pada kita. Kita pasti pesimis andaikan kita tidak sampai bertemu dengan Ramadhan, tetapi dibalik dari itu tersumbul harapan yang membuncah, andaikan Ramadhan bisa kita jumpai pada tahun ini, maka betapalah syukur itu tidak bisa terungkap lewat kata-kata. Harapan yang tertanam di hati ini akan melahir-kan rasa optimis bahwa waktu yang digulirkaan oleh Allah itu, apakah ada maknanya ataukah seperti yang telah dinukilkan oleh Allah bahwa manusia menjadi rugi dengan kehadiran waktu ? Ya Allah…. semakin bertambah usia justru semakin berkurangnya kesempatan, andaikan diri ini ada kesempaan…maka janganlah dialpakan ya Allah. “Allaahumma baarik lana fii Rajab wa Sya’ban wa ballighnaa Ramadhan”. Betapa hamba-Mu yang penuh dosa dan kesalahan ini berharap semoga keberkatan doa yang diajarkan oleh Rasul-Mu Muhammad saw ini termakbul adanya. Amiin
Kini kita telah dikehendaki untuk menatap matahari, demikian itu adalah takdir yang disana telah dititahkan oleh Allah bahwa kita hendaklah menatap matahari dengan penuh optimis yaitu dengan ikhtiar dan tawakkal, sedangkan berpasrah pada nasib itu dilarang. Maka dengan bermodalkan ikhtiar dan tawakkal itulah yang kita pakai untuk menatap matahari, menyusun langkah menuju Ramadhan al-Mubarakah. Sudah pasti bahwa Ramadhan adalah bulan JIHAD yang walaupun telah diperluas makna jihad itu, tetapi makna yang paling mendasar adalah berperang membela agama Allah, dari ulah musuh yang telah membuat huru hara didunia ini. Musuh yang dimaksud adalah tidak lain …itulah syaitan laknatullah, yang diberitakan oleh Allah bahwa syaitan dan keturu-nannya adalah musuhmu yang nyata. Syaitan yang menjadi musuh kita yang nyata itu adalah menjadi sasaran jihad kita selama sebulan penuh. Dia (syaitan) telah membuat kamuflase kepada kita untuk menipu daya kita, mengikuti langkah-langkahnya dan menjauhkan kita dari Allah swt. Dia telah membuat kamuflase keatas harta benda yang membuat kita mempertuhankan harta benda dan kita menjadi orang-orang yang durhaka kepada Allah dengan harta benda itu. Dia juga telah membuat kamuflase pada kecantikan wanita sehingga kita menjadi orang-orang yang melupakan tanggung jawab pada anak istri kita seingga mereka menjadi terlantar, hilang masa depan dan harapan mereka pada kita, bahkan ada diantara anak generasi kita itu menjadi frustrasi dan mengambil jalan serong, semua tidak lain bermula dari kita dan syetan itu. Dia juga yang membuat kamuflase pada pangkat dan jabatan sehingga kita menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pangkat dan jabatan itu, kalau perlu sikut kiri kanan, tendang siapa saja yang menghalangi, bahkan kalau perlu membunuh lawan-lawan kita dan menjual agama, lalu kita menjadi orang-orang yang melalaikan amanah ketika memangku jabatan tersebut, melakukan korupsi, komersialisasi jabatan dll.
Setiap kita pasti siap menjadi mujahid Ramadhan dengan berjihad melawan syetan, dan kalau kita bisa menghindari bujuk rayu dan kamuflase syetan setiap hari diluar Ramadhan berarti seseungguhnya kita telah berperang (berjihad) setiap hari melawan syaithan itu. Tetapi perlu disadari bahwa jihad dalam melawan syaitan itu adalah jihad kecil, karena syaitan telah disumpahi oleh Allah bahwa dia tidak bisa membuat tipu daya kepada hamba-hamba Allah yang beriman. Syaitan juga telah disumpahi oleh Allah bahwa setiap kali hamaba-hamba Allah berlindung kepada Allah, maka syaitan tidak akan bisa mem-perdayakan mereka. Maka jihad melawan syaitan adalah jihad yang kecil (ringan) ketika kita membaca “Auudzubillahi minasy-syaithaanirrajiim” atau kita mengucapkan “Astagh -firullaaahal azhiim” dia pasti lari terbirit-birit kesakitan. Tetapi anehnya ketika kita telah mengucapkan dua kalimat diatas tetapi kita masih melakukan perbuatan jahat. Mengapa demikian ?....Itu tidak lain datangnya dari hawa nafsu kita. Ternyata hawa nafsu kita lebih besar pengaruhnya bila dibandingkan dengan syaitan. Maka jihad melawan hawa nafsu kita disebutkan oleh Nabi saw sebagai jihad yang paling besar.
Hidup untuk ukuran kita memang panjang, sehingga terlalu sulit untuk menundukkan hawa nafsu dalam usia sepanjang 60 tahun atau lebih. Oleh karena itu Allah swt sengaja memperpendek durasi waktunya menjadi 30 hari agar kita bisa menundukkan hawa nafsu setelah kita dikuasai oleh hawa nafsu selama 11 bulan. Tetapi andaikan dalam keseharian kita, sudah mampu kita mengendalikan hawa nafsu, maka ketika datangnya bulan Ramadhan justru semakin mudah. Maqam seperti ini (menundukkan hawa nafsu) tidak mudah dicapai melainkan oleh orang-orang yang telah banyak melaukan riyadhah (latihan) seperti para Nabi, para shiddidin, dan para shalihin. Maka bagi kita orang awam Ramadhan selain sebagai medan jihad, juga merupakan bulan latihan, bahwa selama sebulan itu kita dilatih oleh Allah untuk menjadi mujahid (pejuang) dalam menghadapi sebelas bulan lainnya.
Sebagaimana laiknya dengan perang setiap kelompok milisi maupun anggota militer sudah direkrut untuk menghadapi peperangan tersebut. Sejauh mana kesiapan mereka baik fisik maupun mental. Kalau kedapatan tidak siap tentu kita tidak akan diberangkatkan. Persiapan fisik memang perlu tetapi persiapan mental jauh lebih penting. Dalam hal ini Jalaluddin Rumi menulis dalam kitab “Masna’i” kekuatan mental (jiwa) 70 kali lebih kuat dari pada kekuatan fisik. Oleh karena itu hendaklah semakin kita maknai bahwa pada hari-hari terakhir di bulan sya’ban ini, kita tidak obahnya bagaikan orang yang sedang direkrut oleh Allah untuk menuju ke medan jihad Ramadhan itu. Maka tidak ada kata lain, demi memotivasi diri sendiri dan kita semua, bahwa kalau Allah yang merekrut kita, justru tidak ada kata lain kecuali SIAP…SIAP… DAN SIAP TEMPUR. Insya Allah kita semua mendapat barokah dari Allah swt. Amiin. Wallahu a’lam. (Oleh : Abd. Razak Muhidin)
0 comments:
Post a Comment