![]() |
Abdul Razak Muhidin |
Interaksi sosial sebagaimana tersebut diatas tidak luput dari resistensi yang bakal akan terjadi bahwa apabila semakin tingginya permintaan, sementara produksi yang ter-batas justru perebutanlah yang terjadi, siapa cepat dia yang dapat, siapa lambat akan ketinggalan. Kesan lain dari semakin tingginya permintaan bahwa semua menuntut untuk terpenuhinya permintaan itu, yang apabila tidak terpenuhi semua itu, maka sudah pasti resistensilah yang akan terjadi. Berebutan antara yang satu dengan yang lain, sehingga harus sikut menyikut, tendang menendang, bahkan sampai bunuh membunuh antara sesama. Naudzu billah. Tidak ketinggalan tuntutan waktu dan tenaga juga semakin besar, sehingga sumpek, suntuk, sibuk dll sebagaimana tersebut diatas tidak terelakkan dalam kehidupan moderen ini. Tidak terelakkan lagi bahwa stress, depresi, frustrasi, strok karena tekanan darah tinggi sebagai efek sampingan dari kesuntukan masalah, adalah fenomena yang biasa terjadi akhir-akhir ini.
Bukan untuk membenarkan, tetapi sekedar untuk direnungi bahwa Hobbes pernah melukiskan kehidupan manusia itu tidak obahnya bagaikan serigala di rimba raya. Itulah kenyataan yang tidak bisa terelakkan, semuanya akan berjalan mengikuti rentak kehi-dupan, permasalahannya sekarang bagaimana manusia bisa memenej semua itu menjadi peluang untuk mendapatkan ridha Allah swt. Sedikit meminjam filosofis Cina bahwa di balik dari tantangan itu ada peluang. Allah malah lebih tahu akan semua itu dengan tunjuk ajar-Nya kepada hamba-hamba-Nya bahwa dibalik dari kesulitan itu ada kemudahan. (QS. al-Insyirah : 5 – 6). Nah…dibalik dari semua masalah yang dihadapi oleh manusia itu, maka manusia akan mencari jawaban atau sekurang-kurangnya mencari penawarnya. Islam sebenarnya menjadi penawar yang ampuh, penjawab segala problema dan permasalahan yang dihadapi oleh manusia, tetapi tidak semua manusia menjadikan Islam sebagai pandangan hidupnya, karena diatari oleh berbagai perbedaan apakah adat istiadat, budaya, dan agama. Jangankan orang dengan latar belakang perbedaan agama, bahkan orang Islam sendiri belum tentu menjadikan Islam sebagai tata anutannya.
Maka manusia mulai mencari jalan keluar, mencari jawaban dari permasalahan yang dihadapi dengan caranya masing-masing. Ada yang berangkat mendatangi ahli ilmu jiwa (Psikiater) untuk berkonsultasi bagaimana menghadapi permasalahan yang menim-pah dirinya, lalu ditemukan terapi sebagaimana yang telah disarankan oleh sang pakar tersebut. Ada yang berhasil menemukan jalan keluar dengan terapi itu, tetapi ada juga yang tidak kunjung-kunjung sembuh. Sementara ada juga yang salah jalan, bahwa dengan mengkonsumsi obat-obatan atau bahan-bahan tertentu maka problema atau masalahnya dapat diatasi. Maka frustrasi, stress dll itu dipercayai bahwa jalan keluarnya adalah dengan menenggak alkohol, atau dengan menghabiskan berapa saja tabung narkoba. Apa yang terjadi ? Ternyata apa yang mereka lakukan itu tidak menyelesaikan masalah, malah semakin mendatangkan masalah. Ibaratnya menutup satu pintu kejahatan, tetapi tidak bisa ditutupi malah pintu-pintu kejahatan lainnya bermunculan. Sudah stress ditambah lagi mabuk oleh alkohol dan narkoba atau ekstasi justru efek sampingan dari semua itu sudah pasti berakhir dengan kesengsaraan. Ada lagi yang ditimpah kesulitan dalam hal ini perdagangan dan perniagaan yang dilakukannya selama ini dia telah mendapatkan kekayaan yang berlimpah, banyak asset yang dia punyai dari rumah mewah, kendaraan canggih, emas permata, uang dolar dll, tetapi belakangan menjadi muflis (jatuh bangkrut). Begitu jatuh bangkrut maka dia lalu mencari jalan keluar yaitu berangkat ia mendatangi meja-meja judi dengan sebuah cita-cita yang instant bisa cepat kaya dan bisa berniaga kembali. Ternyata apa yang diimpikan nya itu hanyalah untung-untungan kalau menang yah jalan terus tetapi bagaimana kalau kalah? Tentu banyak lagi masalah yang timbul. Lalu cara seperti itu bisa dianuti oleh orang-orang yang tidak percaya akan informasi agama, sementara bagi mereka-mereka yang mempercayai pesan-pesan agama tentu bermasalah lagi. Harta benda yang didapat dari jalan seperti itu tidak berfaedah sedikitpun di sisi Allah, bahkan akan menjadi api yang akan membakar si empunya di akhirat kelak.
Lain lagi dengan manusia hidung belang yang haus seks, apakah dia yang sudah beristri atau yang belum, yang selalu menjawab permasalahan seksual dengan mendata-ngi tempat-tempat palacuran. Bahwa demikianlah jalan keluar yang ditempuh, ternyata demikian itu juga tidak menyelesaikan masalah. Belakangan kedapatan bahwa perbuatan mesum seperti itu justru mendatangkan masalah dengan ditemui penyakit-penyakit baru yang belum pernah ada pada zaman dahulu. Nabi dalam sabdanya telah menyebutkan bahwa apabila suatu kaum yang melakukan zina secara terang-terangan melainkan Allah akan mendatangkan penyakit-penyakit baru kepada mereka yang belum ada pada zaman nenek moyang mereka. AIDS adalah penyakit baru yang terjadi akibat perzinahan yang tidak pernah terjadi pada zaman dahulu, tetapi harus diingat bahwa apabila persiinahan itu masih saja terang-terangan dilakukan maka merupakan kepastian bahwa anak cucu kita akan menderita penyakit baru yang bukan namanya AIDS lagi.
Ada lagi yang mendapatkan advis bahwa kesuntukan masalah itu hendaklah di atasi dengan banyak berolahraga. Pertanyaannya sebayak manakah olahraga yang harus dilakukan sehingga mengatasi masalah yang terjadi ?. Sekuat-kuatnya seseorang berolah-raga paling banter 3 jam, maka bagaiiana waktu yang masih tersisa itu? Apakah terus juga berolahraga sampai 24 jam?. Begitulah yang disarankan kepada semua orang yang bermasalah, orang yang kecanduan narkoba, yang putus cinta, putus asa karena gagal ujian dll, bahwa dia harus menyibukkan diri dengan berbagai macam kegiatan agar masalah yang dihadapi bisa teratasi. Tetapi apakah semua waktu bisa di isi dengan kegiatan sepenuhnya ?. Ternyata semua yang disebutkan diatas adalah terapi sampingan sedangkan terapi utamanya belum atau tidak diperhatikan sama sekali.
Manakah terapi utama yang dimaksud?. Terapi yang dimaksud adalah Islam yang telah dipatenkan oleh Allah, bahwa kehidupan ini penuh degan masalah, tidak ada kehidupan yang tidak ada masalah, maka hendaklah berpegang pada agama. Islam memberikan jalan keluar bahwa Allah swt adalah penyelesai masalah yang tunggal, segala keputusan berada ditangan-Nya dan keputusan itu telah diberitakan oleh Allah melalui Islam. Tekun beribadah, ikhtiar, tawakkal, syukur dan sabar adalah jalan untuk sampai kepada Allah dan itulah penyelesai masalah yang sebenarnya. Wallahu a’lam.
0 comments:
Post a Comment