Oleh : Abd. Razak Muhidin
DUNIA sepeninggal Rasul Allah Isa al-Masih bagaikan alam raya yang ditinggal pergi oleh sang surya yang telah bersinar sejak dini hari. Begitulah tamsil bagi misi yang dibawa oleh Rasul Isa al-Masih, bagaikan sang surya (matahari) yang bersinar menerangi alam raya ini, tetapi begitu terbenamnya sang surya maka kegelapanlah yang terjadi. Walaupun dihimpit oleh susana yang sangat kritis Beliau Isa al-Masih tetap menjalankan misi yang diembankan oleh Allah SWT kepadanya yaitu mengajarkan kepada manusia untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi syirik penyembahan kepada berhala dan segala sesuatu yang disembah selain Allah. Misi tersebut senantiasa mendapat tantangan dari kaum Yahudi yang telah terpesong jauh dari ajaran tauhid itu. Mereka tidak senang kepada Isa al-Masih yang tidak mengikuti cara mereka tetapi justru al-Masih menyalahkan mereka yang telah terpesong jajuh itu dan mengembalikan mereka pada ajajran tauhid mengesakan Allah SWT. Dengan segala dakyah dan fitnahan yang mereka mainkan sehingga penguasa Romawi pada waktu itu termakan oleh fitnah yang mereka sebarkan. Kaisar Romawi pun ikut membenci Nabi Isa al-Masih dan puncak dari kebencian itu adalah tragedy yang terjadi di atas bukit Golgota, yang membawa Rasul Isa al-Masih ke akhir hidupnya.
DUNIA sepeninggal Rasul Allah Isa al-Masih bagaikan alam raya yang ditinggal pergi oleh sang surya yang telah bersinar sejak dini hari. Begitulah tamsil bagi misi yang dibawa oleh Rasul Isa al-Masih, bagaikan sang surya (matahari) yang bersinar menerangi alam raya ini, tetapi begitu terbenamnya sang surya maka kegelapanlah yang terjadi. Walaupun dihimpit oleh susana yang sangat kritis Beliau Isa al-Masih tetap menjalankan misi yang diembankan oleh Allah SWT kepadanya yaitu mengajarkan kepada manusia untuk menyembah Allah SWT dan menjauhi syirik penyembahan kepada berhala dan segala sesuatu yang disembah selain Allah. Misi tersebut senantiasa mendapat tantangan dari kaum Yahudi yang telah terpesong jauh dari ajaran tauhid itu. Mereka tidak senang kepada Isa al-Masih yang tidak mengikuti cara mereka tetapi justru al-Masih menyalahkan mereka yang telah terpesong jajuh itu dan mengembalikan mereka pada ajajran tauhid mengesakan Allah SWT. Dengan segala dakyah dan fitnahan yang mereka mainkan sehingga penguasa Romawi pada waktu itu termakan oleh fitnah yang mereka sebarkan. Kaisar Romawi pun ikut membenci Nabi Isa al-Masih dan puncak dari kebencian itu adalah tragedy yang terjadi di atas bukit Golgota, yang membawa Rasul Isa al-Masih ke akhir hidupnya.
Setelah kejadian diatas bukit Golgota itu,
pengikut Nabi Isa juga mengalami hal yang sama, mereka dibenci dan menjadi
sasaran fitnah kaum Yahudi. Bersamaan dengan itu telah terjadi krisis keyakinan
akan kemurnian tauhid yaitu mengesakan Allah SWT dari pemeluk agama Nashrani.
Isa al-Masih yang selama ini mengajarkan tentang ke-esaan Allah SWT kepada
umatnya, tetapi ajaran itu tidak mampu bertahan ketika fitnah dan kebencian itu
senantiasa dilancarkan oleh orang-orang Yahudi. Bisa dikatakan bahwa berpecah
belahnya umat Nashrani sepeninggal Nabi Isa al-Masih salah satunya adalah
akibat dari fitnahan itu, sampai pada perselisihan mereka tentang ke-esaan
Allah SWT dengan tercetusnya ajaran Trinitas pada tahun 325 M. Ajaran Trinitas
adalah ajaran yang mempertuhankan Nabi Isa al-Masih dan ibundanya yaitu Sitti
Maryan AS. Tuhan yang semulanya satu Allah SWT kini telah ditambah lagi menjadi
tiga. Perselisihan pun tidak bisa dielakkan dikalangan umat Nashrani diseputar
masalah Trinitas pada waktu itu dan Trinitas telah menjadi ajaran Nashrani
(Kristen) sampai sekarang.
Dunia yang semulanya dicerahkan oleh
cahaya Tauhid dari ajaran Nabi Isa al-Masih menjadi gelap gulita setelah
ditinggal pergi oleh Beliau, apalagi tercetusnya ajaran Trinitas seakan
menjustifikasi munculnya syirik (menduakan Allah SWT). Hampir diseluruh dunia
mengalami keadaan demikian termasuk di jazirah Arab adalah yang paling parah.
Kesyirikan atau paganisme memang yang paling parah di jazirah Arab pada waktu
itu sehingga di kenal dengan zaman Jahiliyah. Selain syirik, masyrakat Arab
juga mengalami krisis moral yang paling parah sampai-sampai pembunuhan keatas
bayi perempuan menjadi hal yang biasa. Carut marutnya kehidupan seperti ini
telah menggu-gah setiap orang yang tidak merasa tenang dengan keadaan yang
terjadi, bahwa manusia secara fitrahnya cendrung pada kebajikan tidak suka
dengan segala yang menyalahi kefitrahannya itu. Maka dalam keparahan seperti
itu ada seorang dua yang sangat men-dambakan kehadiran kehidupan baru, suasana
baru yang bersahabat, yang saling berkasih sayang antara sesame manusia,
terlebih lagi mengembalikan manusia pada ajaran Tauhid. Orang-orang seperti ini
misalnya Waraqah bin Naufal, Pendeta Bahirah dll.
Waraqah dan Bahirah dua pendeta itu sudah
memahami demikian bahwa Allah akan mengutus Rasul baru sebagai Nabi akhir zaman
yang tidak lain adalah dari kalangan bangsa Arab. Tiba saatnya kini bahwa Nabi
yang ditunggu-tunggu itupun lahirlah sudah tepatnya pada tahun 751 masehi. Bayi
kecil yang baru dilahirkan itu lalu di beri nama Muhammad. Bersama dengan
kelahiran bayi suci itu di jazirah Arab telah terjadi peristiwa-peristiwa
penting yaitu kehancuran tentara bergajah yang dipimpin oleh raja Abrahah dari
Habsyah. (QS. al-Fiil : 1 – 5). Ja’far Subhani dalam ar-Risalah menulis bahwa
motiv Abrahah yang datang ke Makkah untuk menghancurkan ka’bah adalah karena
Abrahah telah mendirikan sebuah gereja yang megah di Habsyah dengan tujuan agar
manusia berkunjung padanya. Tetapi kebanyakan manusia justru berkunjung ke
ka’bah, hal mana membuat Abrahah murka dan segera datang ke Makkah untuk
menghancurkannya. Yang kedua bahwa patung-patung yang berjumlah 360 buah yang
dijejerkan disekeliling ka’bah semua pada tunduk. Dan yang ke tiga api yang
disembah oleh kaum majusi di Parsi padam dengan sendiri. Kejadian-kajadian aneh
seperti itu memberikan isyarat penghormatan kepada bayi yang baru lahir
itu.
Setelah kelahiran bayi Muhammad pada tahun
571 masehi, maka dalam rentang waktu 40 tahun beliau diangkat menjadi Nabi dan
Rasul tepatnya pada tahun 611 masehi. Beliau diangkat menjadi Nabi dengan
tujuan salah satu diantaranya adalah untuk memurnikan kembali ajaran tauhid peninggalan
Nabi Isa yang telah dipesongkan pada tahun 325 diatas. Misi itu juga yang
diserukan oleh Nabi Muhammad SAW ditengah kehidupan jahiliyaah masyarakat Arab
termasuk berita-berita yang masih misteri yang selama ini beredar dari mulut ke
mulut tentang misteri pembunuhan Nabi Isa as. Orang Yahudi mendakyahkan bahwa
mereka telah membunuh Nabi Isa, sementara umat Nashrani (Kristen) meyakini
bahwa Nabi Isa terbunuh dengan tujuan ini dan itu yang diyakini dalam agama
Kristen yang berkaitan dengan peristiwa pembunuhan itu. Kita dapatkan informasi
yang jelas mengenai peristiwa misteri dari Rasulullah Muhammad SAW melalui
wahyu Allah dalam QS. 4/an-Nisaa’ : 157. “Dan karena ucapan mereka ;
Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih Isa putra Maryam Rasul Allah, padahal
mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya tetapi yang mereka bunuh
ialah orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang
yang berselisih paham tentang pembunuhan Isa benar-benar dalam keragu-raguan
tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang
dibunuh itu, kecuai mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahwa
yang mereka bunuh itu adalah Isa”.
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang
berkata : Sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam. (17).
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang mengatakan : “Sesungguhnya Allah
itu ialah Al-Masih putra Maryam.”. Padahal Al-Masih sendiri berkata “Hai Bani
Israil sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu…..”. (72). Sesungguhnya kafirlah
orang-orang yang meng-atakan “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”.
Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang Esa. Jika……. “.
(73). Dan ingatlah ketika Allah
berfir-man “Hai Isa putra Maryam adakah kamu mengatakan kepada manusia
“Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah ?”. Isa menjawab “Maha
suci engkau tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku
(mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak
mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesung-guhnya Engkau maha mengetahui
segala perkara yang ghaib”. (116).
Selama lebih dari 22 tahun umat Islam
mendapatkan informasi dari Beliau Nabi SAW melalui wahyu Allah SWT dan setelah
itu Beliau Nabi SAW pun pergi meninggalkan kita umatnya hingga 14 abad ini.
Beliau telah membebaskan manusia dari syirik dan penyembahan berhala bahkan
dalam wasiat terakhir Beliau ketika akan meninggalkan umatnya bahwa “
Hapuskan segala macam Syirik, Bersihkan Jazirah Arab dari agama lain dan
Hormati para tamu utusan”. Demikian… Wallahu a’lam.
(MIHRAB EDISI : 360/Rabiul akhir 1434 H/ 25 Januari 2013 M)
0 comments:
Post a Comment