Oleh : Prof. Imam Suprayogo
Sekalipun menurut pandangan sebagian besar orang, anggapan ini benar, tapi pertanyaannya kemudian adalah, apakah tidak ada ukuran selain itu. Kita sering dengan ada juga pandangan yang mengatakan, biar miskin harta asalkan tidak miskin jiwa.
Dengan kalimat ini, artinya ada orang yang sekalipun tidak memiliki harta, tapi merasa memiliki jiwa yang luas dan kukuh, lebih disukai. Sebaliknya, ada orang yang kaya harta benda tapi sesungguhnya ia miskin. Jika harus memilih, memang yang terbaik adalah menjadi kaya harta sekaligus kaya jiwa. Tapi, jika alternative ini tidak boleh dipilih, ternyata ada orang yang lebih memilih kaya jiwa daripada kaya harta. Kemudian, siapa sesungguhnya orang yang disebut memiliki kekayaan jiwa itu?
Saya pernah mendapat cerita, ada seorang pegawai Kementrian Agama, ketika memasuki pension segera baju korpri dan baju safarinya dicuci dan disetrika. Tatkala, pegawai yang tergolong rendah, hanya menduduki jabatan di tingkat kabupaten diundang untuk acara pelepasan pension, baju-baju tersebut dengan ikhlas diserahkan ke kantor dengan maksud agar jika diperlukan, dipakai pegawai lainnya.
Tokh, katadia, setelah pension dia tidak akan menggunakan bagu seragam itu lagi. Inilah menurut pandangan saya contoh orang yang tergolong kaya jiwa.sebaliknya dari cerita diatas, sebagai contoh orang berjiwa kerdil yang juga disebut miskin jiwa, dapa dicontoh lewat kasus berikut:
Seorang pejabat, sekian banyak keluarganya dimasukkan ke lembaga yang ia pimpin sekalipn tidak memenuhi syarat. Ia berpikir, daripada diisi orang lain, apa salahnya diisi keluarganya sendiri? Bahkan saudara dekatnya diberi fasilitas utnuk pengadaan semua kebutuhan kantor. Itu dilakukan dengan alas an efesiensi dan agar cepat. Kasus seperi ini, sederhana dan aneh, tapi gampang sekali ditemuaii dimana-mana. Inilah gambaran orang yang hanya sebatas memntingkan dirinya sendiri dan abai pada orang lain.
Satu sisi dia menjadi kaya, dihormati keluarganya dan diperjuangkannya, tapi sesungguhnya dia hanya memiliki aku kecil, sebatas keluarganya. Belum meraih aku besar ialah masyarakat. Orang yang kaya jiwa adalah orang yang tidak memntingkan dirinya sendiri, berani menghadapi tantangan hidup, ikhlas, sabar dan mampu membagikan kasih sayangnya kepada semua.
Ia tidak takut miskin dan tidak takut pula kehilangan harta maupun jabatannya, yang ditakutkan adalah jika keberadaannya tidak member manfaat bagi orang lain.
Lalu, siapa sesungguhnya orang yang miskin jiwa itu. Tidak lain adalah orang yang tidak menyandang sifat yang dimiliki orang yang berjiwa besar itu.
Sehingga sekalipun hartanya melimpah, tapi jika dia bakhil pelit terhadap orang lain, maka harta yang dikumpulkan dengan susah payah, akhirnya juga tidak member manfaat pada siapa saja termasuk kepada dirinya.(BULETIN JUMAT 22/PEBRUARI 2013)
0 comments:
Post a Comment