English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday, March 22, 2013

HATI - 1


Imam Al-Ghazali menyebut bahwa hati bagi seluruh organ tubuh manusia bagaikan raja yang mengomando seluruh tentaranya. Semua gerak yang terjadi selalu berpusat mengikuti perintah hati. Hati juga akan menggunakan seluruh organ tubuh manusia menurut apa yang dia kehendaki. Seluruh bagian tubuh itu akan tunduk dibawah perintah dan kekuasaannya. Bahkan perbuatan khianat atau menyeleweng kearah dosa dan maksiat ada pada hati. Segala motivasi kebajikan, kuatnya keinginan, niat yang ikhlas juga berada pada hati.

Abd. Razak Muhidin

Apa yang disebut oleh Imam Al-Ghazali tentang hati diatas telah disabdakan oleh Rasulullah SAW yang artinya “Ingatlah, sesungguhnya di dalam jasad (tubuh) manusia, ada sekerat daging. Jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh, namun apabila ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ingatlah sekerat daging itu adalah hati”. (HR.Muttafaq ‘Alaih).

Dewasa ini para ahli saraf di Barat sebagaimana dikutip oleh Taufik Paisak dalam “Revolusi IQ/EQ/SQ” lewat penyelidikan yang dilakukan membuat kesimpulan bahwa otaklah yang dimaksud dalam sabda Nabi diatas. Hal ini didasarkan pada beberapa kejadian, dimana ada orang yang bisa bekerja dengan menggunakan jantung yang hanya sebelahnya saja. Demikian juga ada yang hanya menggunakan cangkokan hati dll, sedangkan otak tidak bisa seperti itu bahkan membuat seseorang tidak bekerja secara normal lagi. Walau bagaimana pun benarnya, tetapi sabda Nabi diatas tidak boleh disalahkan, karena organ saraf yang ada pada manusia semuanya berpusat pada hati sebagaimana disebutkan oleh Al-Ghazali diatas. Sampai-sampai dalam sabda yang lain Nabi menyebutkan bahwa hati adalah tempat pandangan Allah kepada hamba-hamba-Nya bahwa Allah tidak memandang paras rupa dan pakaian hamba-hamba-Nya tetapi Allah memandang hati hamba-hamba-Nya.

Tidaklah hati itu berbentuk seperti kepalan tangan orang dewasa yang berwarna merah yang tersimpan di dalam dada sebelah kiri, karena hati yang seperti itu juga ada pada hewan. Oleh karena itu hati dalam makna yang esensial adalah dibalik dari bentuknya itu ada tersimpan khazanah kekuasaan Allah, yang sampai sekarang masih misteri. Sejak manusia melakukan riset tentang hati untuk yang pertama sampai hari ini entah sudah berapa jauh dan berapa dalam penyelidikan itu dilakukan tetapi masih terjebak dalam kemisterian tentang hati itu. Sehingga apapun paparan mengenai hati, semuanya masih dalam paparan sementara, karena hati merupakan objek yang sulit dipastikan.

Sebagai umat Islam yang percaya pada Allah dan Rasul-Nya maka apa yang disabdakan oleh Nabi menjadi pegangan satu-satunya, ditengah kebanyakan informasi tentang hati yang masih misteri itu. Imam Al-Ghazali dalam hal ini mencantumkan bahwa hati dalam beberapa keadaan. Yang pertama hati yang sehat (Qalbus Salim).Yang ke dua hati yang mati (Qalbul Mayyit) dan yang ke tiga hati yang sakit (Qalbul Maridh). (Kiat menjadi hamba pilihan : 36 – 38). Ketiga hati ini dapat diuraikan dibawah ini.

Yang pertama Qalbus-Salim (hati yang sehat). Yaitu hati yang selamat pada hari kiamat sebagaimana firman Allah dalam QS. 26/ Asy-Syu’araa’: 88 – 89 yang artinya “Yaitu hari dimana harta dan anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.

Ada juga yang mendefinisikan bahwa hati yang bersih (sehat) adalah hati yang bersih atau selamat dari segala syahwat yang dilarang oleh Allah, serta selamat dari setiap subhat (hal samar) yang bertentangan dengan hal yang baik. Dengan demikian hati itu bisa selamat dari penyembahan kepada selain Allah dan terhindar dari berhukum kepada sesuatu yang bukan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Denga demikian terwujudlah sebuah penghambaan diri kepada Allah yang tulus ikhlas. Apabila dia mencintai sesuatu maka kecintaan itu akan bermuara pada kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Demikian juga apabila dia membenci sesuatu maka sesautu yang dibenci itu karena Allah dan Rasul-Nya juga membenci pada yang demikian. Bahkan dalam hal menghindari sesuatu karena Allah dan rasul-nya menyuruh untuk dihindari. Jiwanya telah pasrah sebulat-bulatnya, dia tunduk dan patuh serta berserah diri, bahwa hidup dan matinya hanya untuk Allah. Bila telah bersemi dalam hati seperti itu maka terwujudlah hati yang meridhai Allah dan Allah meridhainya.

Yang kedua Qalbul Mayyit (Hati yang mati) adalah lawan dari hati yang bersih (sehat). Hati yang mati adalah yang tidak mengenal tuhannya dan tidak menyembah berdasarkan perintah, yang dicintai dan diridhai-Nya. Bahkan dia masih menuruti kehendak syahwat dan kesenangan dirinya, sekallipun akibatnya dia harus menerima murka dan kutukan Tuhannya. Hati yang mati akan menyembah sesuatu selain Allah dan apabila dia mencintai sesuatu maka dia mencintai karena keinginan hawa nafsunya. Apabila dia membenci maka dia meletupkan rasa bencinya karena nafsunya dan apabila dia menahan diri dia haya tercegah karena hawa nafsunya. Kalau dia memberi maka dia akan memberi karena ambisinya.

Hawa nafsu benar-benar menguasai dirinya dan lebih dia sukai ketimbang ridha Tuhan-nya. Hawa menjadi imannya. Syahwat menjadi pemimpinnya. Kebodohan yang mengemudikan dirinya. Dan kelalaian adalah kendaraannya. Dia telah tertipu untuk memutar otak sekuat mungkin supaya berhasil meraih kepentingan duniawinya. Dia mengikuti setiap langkah syetan, lalu syetan semakin menghiasi perbuatan jahatnya, lalu rizkinya mudah ia dapat dan dia semakin mengikuti khayalannya bahwa rizki yang di dapat itu adalah dari Allah, padahal sebenarnya adalah dari tipu daya syetan. Allah telah berfirman tentang hati yang demikian ini dalam QS.7/Al-A’raf : 179. Bergaul dengan orang yang mati hatinya adalah sangat berbahaya, bergaul sengan mereka adalah racun, duduk bersama mereka bisa menyebabkan diri menjadi hancur.

Yang Ketiga Qalbul Maridh (hati yang sakit). Adalah hati yang memiliki kehidupan. Hanya saja terkadang hati jenis ini masih terserang penyakit ini dan itu. Di dalam hati yang sakit ini terdapat rasa cinta kepada Allah SWT dan keimanan, rasa ikhlas dan tawakkal kepada-Nya. Namun semua itu tidak menjadi materi terpenting dalam kehidupannya. Sebab disamping yang telah disebutkan diatas, hati yang sakit juga mengandung rasa cinta kepada syahwat, mengutamakan syahwat dan masih ingin meraihnya. Selain itu dalam hati yang sakit juga masih terdapat sifat yang dengki, iri hati, ujub, sombong, dan sifat-sifat yang menyebabkan kehancurannya. Hati yang seperti ini tercantum dalam QS. 2/ Al-Baqarah : 10. Hati yang sakit juga masih diuji dengan dua seruan yaitu seruan kepada Allah dan Rasul-Nya, pada kehidupan akhirat yang kekal abadi dan seruan yang mendajak kepada kesenangan dunia yang sesa’at. Jenis hati yang pertama adalah hati yang selamat, hati yang kadua adalah kering dan mati sedangkan hati yang ketiga terkadang selamat dan terkadang celaka.

Demikian, Wallahu A’lam.

0 comments:

Post a Comment