English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, March 27, 2013

HATI – 2

MIHRAB edisi 15 Jumadil Awal 1434 H/29 Maret 2013

MIHRAB kita pada jum’at sebelumnya telah memaparkan tentang hati bahwa dia adalah panglima bagi seluruh organ tubuh manusia (menurut Al-Ghazali). Lalu dibagi keadaan hati itu sebagai hati yang bersih (sehat), hati yang sakit dan hati yang mati. Dengan demikian seseorang bisa mendeteksi seperti apakah hati yang dimilikinya. Begitu rumitnya hati sehingga ketika sakitnya memerlukan pengobatan dengan biaya yang besar. Orang yang sakit liver umpamanya, maka segeralah ia diobati terkadang harus dioperasi karena hati merupakan alat vital yang apabila tidak disegerakan perawatannya justru berpengaruh pada organ yang lain. Semua ini bisa dideteksi dan diobati menurut acuan medis (ilmu kesehatan), tetapi lain lagi dengan penyakit hati yang konon si empunya hati lagi sehat anggota tubuhnya dan hatinya juga sehat adanya tetapi di dalamnya dipenuhi dengan penyakit yang tidak bisa dideteksi dengan ilmu kesehatan (medis) melainkan dengan ukuran wahyu (Alqur’an) dan hadits Nabi SAW.

Abd.Razak Muhidin
a. Tanda-tanda Hati Yang Sakit

Imam Al-Ghazali selanjutnya menulis bahwa tanda-tanda hati yang sakit, bahwa apabila penyakit ini telah merasuk dalam diri seseorang dimana penyakit hatinya itu sudah sangat parah, tetapi sayangnya sang pemilik hati itu tidak menyadari penyakit tersebut. Yang lebih disayangkan lagi jika hati itu telah mati tetapi pemiliknya juga tidak mengetahuinya. Adapun tanda-tanda sakit dan matinya hati adalah bahwa pemiliknya tidak merasa sakit setelah pemiliknya melakukan perbuatan maksiat, tidak tersiksa dengan kebodohannya terhadap kebenaran dan keyakinannya yang salah. Sesungguhnya jika sebuah hati itu hidup maka dia akan merasa sakit ketika tertimpa sesuatu yang buruk dan merasa sakit dengan kebodohannya terhadap kebenaran. Tanda hati yang sakit lainnya adalah sang pemilik terkadang bisa merasakan bahwa memang hatinya sedang sakit sedang pahitnya obat membuat ia merasa enggan untuk berobat. Dengan deikian ia lebih memilih atau membiarkan penyakitnya itu bersarang dalam hatinya dari pada merasakan berat dan pahit ketika berobat yang pada hakikatnya bisa menghantarkannya pada kesembuhan.

Masih diantara tanda-tanda hati yang sakit adalah meninggalkan hal-hal yang bermanfaat menuju sesuatu yang membahayakan, beralih dari obat yang berguna menuju penyakit yang malah menyiksa. Hati yang sehat akan memprioritaskan kesembuhan yang bermanfaat ketimbang penyakit yang membahayakan. Sedangkan hati yang sakit akan lebih memilih yang sebaliknya. Hati yang sakit atau hati yang mati senantiasa akan senang mendengar sesuatu yang menjurus pada dosa dan maksiat, membicarakan aib orang seberapa lama akan menjadi sesuatu yang semakin mengenakkan, bahkan terus saja ingin ditambahkan sampai pada hal-hal yang paling menjijikkan, semuanya tidak lain karena kecendrungan dari hati yang sakit atau yang telah mati. Bukan hanya dalam hal kejelekan dalam hal penampilan pakaian, perhiasan dll, tetapi kadang-kadang diungkit-ungkit dalam masalah yang berhubungan dengan agama. Bila seorang khatib ada kelirunya dalam khutbah dan keliru itu adalah dalam rangka saling memperbaiki, tetapi malah apa yang dikelirukan itu dijadikan modal untuk menjatuhkan, dll. Sedangkan gizi untuk hati yang paling bermanfaat adalah keimanan, dan obat yang paling manjur untuk penyakit hati adalah Alqur’an. Hal ini disebutkan oleh Allah dalam firmannya QS. 17/ Al-Isra’: 82 “Dan Kami turunkan dari Alqur’an itu suatu yang menjadi obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alqur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian”.

b. Tanda-tanda Hati Yang Sehat

Hati yang sehat hendaknya pergi dari dunia yang fana sehingga dia singgah di alam akhirat. Dia akan menempati alam itu sampai seakan-akan dia telah menjadi bagian dari penduduk alam akhirat. Dia akan datang ke tampat tinggal sekarang ini (dunia) sebagai orang asing dan hanya sekedar mengambil beberapa kebutuhannya. Namun setelah kebutuhannya telah terpenuhi dia akan kembali pulang ke negeri asalnya. Demikian menurut Imam Al-Ghazali. Hati yang sakit selalu memprioritaskan dunia, memilih untuk bertempat tinggal di sana sehingga menjadi salah satu penghuninya.

Apa yang disebut oleh Imam Al-Ghazali diatas telah disebut oleh Rasulullah SAW. Beliau bersabda kepada Abdullah bin Umar “Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau orang yang melintasi sebuah jalan (musafir)”. HR. Bukhari.

Diantara tanda-tanda hati yang sehat adalah bahwa dia selalu memacu pemilik hati tersebut untuk selalu kembali kepada Allah SWT dan selalu berkosentrasi secara khusu’ kepada-Nya. Dia akan bergantung kepada dzat yang memang harus dicintai. Dia tidak menaruh cintanya pada sesuatu selain Allah. Orang itu akan selalu ingat untuk berzikir kepada Allah dari pada mengingat yang lain dan selalu mengabdi kepada-Nya ketimbang menghamba kepada yang lain. Diantara tanda-tanda hati yang sehat lainnya adalah bahwa apabila dia melewatkan membaca wirid (membaca Alqur’an dan berzikir) atau melewati sebuah ketaatan maka dia akan merasa sangat sakit> Bahkan rasa sakit yang dideritanya terasa lebih pedih dari pada dia kehilangan sebuah kesempatan atau bahkan kehilangan harta bendanya.

Diantara tanda-tanda hati yang sehat lainnya adalah bahwa seseorang selalu merasa rindu untuk beribadah sebagaimana orang yang sedang lapar merindukan makanan dan minuman. Yahya bin Mu’adz mengatakan “Barang siapa merasa senang untuk mengabdi kepada Allah, maka segala sesuatu akan dibuat senang mengabdi kepadanya. Barang siapa yang menyebabkan Allah gembira, maka setiap orang akan menggembirakannya”. Diantara tanda-tanda sehatnya hati juga bahwa hanya memiliki satu keinginan, yaitu hanya menginginkan keta’atan kepada Allah. Hati yang sehat juga memiliki tanda dimana dia sangat kikir menyia-nyiakan waktunya untuk hal-hal yang sia-sia. Kekikiran itu melebihi orang yang paling pelit mendermakan hartanya. Hal ini bisa dianalisa bahwa untuk membuang-buang waktu yang sia-sia dia teramat kikir melebihi kikirnya orang yang mendermakan harta, menunjukkan waktu untuk sia-sia itu perlu lebih dikikirkan ketimbang kikir pada harta benda, artinya harta benda boleh habis asalkan waktu tak boleh habis dengan sia-sia.

Diantara tanda-tanda hati yang sehat juga ialah bahwa apabila dia mengerjakan shalat maka keinginan peibadi dan ketertautan hatinya terhadap dunia seketika sirna. Dia merasa hatinya menjadi sangat lega, begitu nikmat dan bahagia. Dia tidak pernah melewatkan waktu untuk berzikir kepada Allah, dan tidak suka berbual perkara yang lain dan sangat adem bersama dengan orang-orang yang berzikir kepada Allah. Dan diantara tanda-tanda hati yang sehat lainnya dalah bahwa dia teramat ingin memperbaiki dan membenahi amal perbuatannya lebih besar ketimbang sekedar beramal itu sendiri. Dia sangat ingin selalu ikhlas dalam setiap amalnya dan berbuat hal yang terpuji. Dengan demikian dia akan lebih mampu menyaksikan anugerah Allah azza wajalla kepadanya serta keteledorannya selama ini dalam memenuhi hak Allah. Wallahu A’lam.

0 comments:

Post a Comment