English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Wednesday, April 17, 2013

RACUN HATI – 2



Sebagaimana pada jumat sebelumnya pembahasan tentang hati dan seluk beluknya dan disusuli dengan pembahasan sebagaimana judul diatas yaitu “Racun Hati”. Adapun racun hati yaitu banyak bicara, mengumbar pandangan mata, terlalu banyak makan dan terlalu sering bergaul. Untuk yang pertama telah dipaparkan pada jumat sebelumnya dan kini kita teruskan pada pembahasan tentang racun hati yang kedua yaitu mengumbar pandangan mata.

Allah swt memberikan karunia kepada hamba-hamba-Nya nikmat penglihatan yang dengan itu hamba-hamba Allah dapat menatap, memandang segala yang ada di alam semesta. Tujuannya tidak lain adalah agar setiap hamba bermusyahadah kepada Allah dengan indera penglihatan itu dan untuk disyukuri sebagai pemberian dari Allah yang tidak bisa dibayar dengan kekayaan apapun juga. Nikmat yang satu ini (melihat) amat besar manfaatnya kepada manusia, bahwa dengan indera penglihatan itu manusia dapat menyaksikan alam ciptaan Allah yang demikian indah. Hal ini dapat difisualkan pada hamba-hamba Allah yang berada disebuah pemandangan yang indah, apakah di pantai Hawai yang terkenal itu, atau di selat Bosporus yang dilatari oleh Masjid Ayah Sofia di Istambul yang menakjubkan itu atau di atas puncak gunung Bromo pada waktu ketika matahari akan terbit yang disebut sebagai tiada duanya di dunia ? Atau tempat-tempat lain di dunia yang belum dikenal orang, semuanya adalah hasil ciptaan Allah sebagai pelukis tunggal.

Abd. Razak Muhidin


Celupan Allah (lukisan Allah) dan siapakah yang lebih hebat celupannya (lukisannya) dari pada Allah? Dan kami termasuk hamba-hamba yang mengabdi kepada Allah”. (QS.2/ al-Baqarah : 138). Tidak sama lukisan Allah di alam semesta dibanding dengan lukisan manusia yang paling masyhur dan terkenalpun semua itu akan pudar, suram, hilang ditelan zaman karena ada pelapukan pada lukisan tersebut. Tetapi tiadalah demikian itu dengan lukisan Allah, sehingga Allah bersumpah dalam ayat diatas, bahwa siapakah yang lebih hebat lukisannya. Bila ditelusuri ternyata dengan karunia Allah swt berupa mata telah melahirkan kebudayaan manusia yang demikian maju sebagaimana yang kita saksikan sekarang. Bagaimana jadinya dengan kehidupan ini kalau manusia tidak mempunyai mata ?.

Banyak hamba yang merasa teramat kerdil ketika menyaksikan segala keindahan ciptaan Allah di alam semesta, sehingga bercucuranlah air matanya. Banyak juga diantaranya yang begitu menyaksikan keindahan itu sembari bersujud di hadapan Allah, melaksana-kan shalat sunat dua rakaat, apalagi tidak susah mendapatkan air disekitarnya, apakah ditepi laut, di dekat tempat peranginan yang telah tersedia sarana ibadah, semua itu menambah khusyu kepada Allah swt. Bisa dibayangkan bagaimana dengan orang-orang yang ada diatas kapal pesiar, dengan dilatari oleh pemandangan yang menkajubkan ketika matahari akan terbenam ( sun set), lalu semuanya bangun melaksanakan shalat maghrib diatas geladak kapal, tentu menambah keasyikan dan kekhusyuan dalam shlat itu. Semua ini adalah manfaat mata yang dipergunakan untuk bermusyahadah kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Hamba-hamba yang demikian ini tentu ada dalam isyarat sabda Nabi saw bahwa tujuh orang yang mendapatkan perlindungan Allah di hari kiamat, salah satunya adalah orang yang memandang keindahan/ kebesaran Allah di alam semesta lalu berlinanglah air matanya.

Tetapi bagaimana sebaliknya kalau nikmat karunia Allah pada penglihatan itu disalahgu-nakan pada hal-hal yang menjurus pada kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah ? Tentu berakibat fatal sebagaimana dalam pembahasan sebelumnya bahwa memandang sesuatu yang dilarang akan meracuni hati. Rasulullah saw dalam sabdanya sebagaimana tercantum dalam kitab al-Musnad mengatakan “Pandangan itu merupakan anak panah beracun dari beberapa anak panah iblis. Barangsiapa yang memejamkan pandangan mata-nya karena Allah, maka dia akan mewariskan rasa manis yang akan dia jumpai didalam hatinya sampai dia bertemu dengan Allah (kelak)”. Dalam hadits lain “Wahai Ali janganlah kamu menuruti pandangan mata yang kedua kali, sebab pandangan pertama menjadi rahmat bagimu. Sedangkan pandangan yang kedua bukan lagi rahmat bagimu”.

Diantara kerusakan hati yang disebabkan oleh mengumbar pandangan mata adalah menyusupnya syetan dalam kontak pandangan mata tersebut. Sesungguhnya syetan lebih cepat menyusup pada kontak pandangan mata dibandingkan dengan cepatnya udara yang memasuki ruang kosong. Syetan akan menghiasi objek yang sedang dipandang dan menjadikannya sebagai arca yang bisa menimbulkan daya magnetik bagi hati. Setelah itu syetan akan memberikan sumpah dan janji-janji palsunya. Syetan akkan menyulut api syahwat pada hati dan meletakkan kayu bakar maksiat yang sebenarnya tidak mengkin terjadi jika tidak ada kontak pandangan mata tersebut. Diantara kerusakan hati lainnya adalah menyebabkan hati menjadi sibuk dengan objek pandangan itu dan melupakan amalan-amalan shaleh. Syetan akan menghalang-halanginya untuk berbuat baik. Maka orang itu akan mengikuti bisikan hawa nafsunya. (Kiat Menjadi Hamba Pilihan, Al-Ghazali, dkk : 49/ Terjemahan).

Keadaan sebagaimana disebutkan ini telah difirmankan oleh Allah dalam QS. 18/al-Kahfi : 28 yang artinya “Dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”. Apa yang disebutkan oleh Alghazali tentang kerusakan hati oleh karena mengumbar pandangan mata pada segala yang dilarang oleh Allah swt diatas, bila dikembalikan dalam penelusuran ajaran guru-guru tasauf, mereka sering mengajarkan bahwa apabila kita memandang perempuan apakah anak gadis atau ibu-ibu melebihi sekali pandangan dan didalamnya ada unsur syahwat, niscaya pandangan yang lacur tersebut akan divisualkan oleh syetan dimanapun kita berada, bahkan dalam beramal shaleh sekalipun. Misalnya ketika baru selesai kita memandang yang terlarang itu, lalu sebentar ketika waktu shalat tiba dan kita berdiri menegakkan shalat, maka bayangan perempuan tadi seakan-akan sedang tertelentang dihadapan kita. Atau bisa divisualkan oleh syetan dalam keadaan apa saja. Bila sudah demikian maka kita menjadi orang yang tidak khusyu’ dalam shalat, karena gangguan tersebut.

Para dokter hati berkata “Diantara mata dan hati itu ada sebuah celah dan jalan. Jika mata telah memandang dan rusak maka hatinya juga akan rusak. Dia akan berubah jadi tempat sampah yang menjadi tempat pembuangan barang-barang najis, limbah dan kotoran. Dengan demikian hati itu tidak lagi pantas sebagai tempat mengenal dan mencintai Allah, kembali kepada-Nya atau merasa senang berada didekat-Nya. Namun hati yang telah rusak hanya cocok untuk sarang dari hal-hal selain itu. Mengumbar pandangan pada hal-hal yang dilarang oleh Allah adalah sebuah kemaksiatan, sebagaimana tercantum dalam QS. 24/ an-Nur : 30 yang artinya “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. Larangan tersebut juga ditujukan kepada perempuan pada ayat selanjut-nya (ayat 31) agar perempuan juga hendaklah menahan pandangan dan menjaga kemaluan, jangan menampakkan auratnya. Semua ini adalah dalam menjaga kesucian hati (diri sendiri) dan orang-orang disekitarnya. Insya Allah… bersambung. Wallahu a’lam.

0 comments:

Post a Comment