English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Tuesday, March 19, 2013

PENDEDAHAN NABI-NABI PALSU

Abd. Razak Muhidin
Dalam beberapa minggu terakhir ini umat Islam khususnya di Indonesia diresahkan oleh beberapa isu yang menimbulkan konflik internal maupun ekternal. Dari manifesto dan sweeping kepada pengikut ahmadiyah, penghancuran gereja, dan penyerangan pesantren Yapi. Ketiga isu diatas mempunyai tendensinya masing-masing. Sweeping dan manifesto kepada pengikut ahmadiyah terjadi karena umat Islam tidak setuju dengan ajaran ahmadiyah yang menjadikan Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabinya. ( Yuhefizar A.K.A Ephi Lintau Blog, Wikipedia ). Penghancuran gereja karena umat Islam setempat tidak setuju dengan keputusan hakim kepada pelaku penistaan agama Islam yang dinilai sangat ringan. Sedangkan penyerangan Ponpes Yapi di Pasuruan karena ditengarai sebagai penganut syi’ah ( Batam Pos, Kamis, 17/02/2011 ).

Berkaitan dengan judul dari tulisan ini, maka kita mencoba lebih terfokus pada isu tentang nabi-nabi palsu. Bahwa nabi-nabi palsu telah ada sejak wafatnya Rasulullah Muhammad SAW. Dalam sejarah tercatat nabi-nabi palsu antara lain Musailamah al-Kadz-dzab, Sajak Tamimiyah, Thulaihah al-Khuwailid dan masih banyak lagi nabi-nabi palsu bagi suku bangsa dimanapun berada, dimana tampillah sesorang mengklaim dirinya sebagai Nabi dikalangan mereka. Dalam Al-Qur’an dan Terjemahannya oleh Depag RI tercantum kedustaan Musailamah al-Kadz-dzab, yang selain mendakyahkan dirinya sebagai nabi juga mendapat wahyu dari Allah SWT. Adapun wahyu tersebut berbunyi sebagai berikut “ Yaa Dhifda’…binta dhifda-‘aini, naqqiya maa tunaqqiinu. Fauqaka fissamaa’I, wa tahtika fith-thiini ”. Bila diterjemahkan maka wahyu palsu rekayasa Musailamah ini artinya “ Wahai Katak… anak dari dua ekor katak. Bersihkanlah apa-apa yang engkau bersihkan, bagian atasmu ada langit dan bagian bawahmu ada tanah “. Mengomentari wahyu palsu ini imam Qatadah mengatakan “ Saya tidak mengerti gerangan apakah yang menggerakkan imajinasi seorang Musailamah, sehingga memasukkan kalimat-kalimat yang tidak bermutu ini sebagai wahyu Allah “.

Ketika ancaman stabilitas umat Islam itu terjadi, umat Islam patut bersukur karena telah terangkatnya seorang khalifah ( kepala Negara / Presiden ) yang berkedudukan di Madinah sebagai ibu kota imperium Islam, yang dengan itu menjadi benteng umat Islam dalam mengatasi segala permasalahan, khususnya yang berkaitan dengan nabi-nabi palsu itu. Khalifah sebagaimana tulisan kita pada beberapa jum’at yang lalu, adalah pengambil kebijakan yang paling utama bagi umat Islam. Khalifah juga adalah sosok yang menjadi panutan bagi seluruh umat Islam, yang berperan sebagai organisator umat Islam dalam dakwah dan jihad, penjaga hukum-hukum Allah, pelestarian alam, perlindungan satwa dan penggerak amar makruf nahi mungkar. Peran khalifah seperti ini dirasakan langsung oleh umat Islam, ketika Abubakar RA ( Khalifah pertama ) beliau tidak segan-segan memerangi orang-orang yang mengklaim ( mengaku ) sebagai nabi.

Tindakan tegas khalifah itu selain menjaga stabilitas Negara Islam, bahwa apabila nabi-nabi palsu itu dibiarkan berseliweran dimana-mana, maka kegoncangan dan kekacauan keatas umat Islam pasti terjadi. Banyak yang tidak senang dengan pengklaiman nabi-nabi palsu itu dan akan bertindak menurut caranya. Demikian juga dengan pihak yang mendukung juga tidak tinggal diam untuk bangkit membela nabi gadungannya. Selain stabilitas Negara, perang yang dilancarkan keatas nabi-nabi palsu juga untuk memurnikan aqidah umat Islam, karena mengambil nabi setelah nabi Muhammad SAW menyebabkan batallah keimanan seseorang dan batallah keislamannya. Atas dalih seperti inilah maka umat Islam tidak senang dengan kelompok tertentu yang mengambil nabi baru setelah nabi Muhammad SAW dan mengurutkan nabi baru itu dalam kelompok para nabi dan rasul, sehingga nabi dan rasul bertambah jumlahnya menjadi 26 orang dan seterusnya menurut pengangkatan nabi dikalangan mereka.

Dalam Islam nabi dan rasul yang di imani berjumlah 25 orang. Dari 25 nabi dan rasul ini berbeda dengan umat Yahudi yang hanya mengimani 23 nabi sebab nabi Isa al- Masih dan Nabi Muhammad SAW tidak di imani oleh Yahudi. Ketika Nabi Isa al-Masih menyampaikan ajaran Allah maka ada diantara manusia yang mengimani ajarannya, maka nabi bagi orang yang mengimani ajaran nabi Isa berjumlah 24 orang. Sepeninggal Isa al-Masih, telah terjadi kesepakatan antara pemuka agama mereka untuk mengangkat nabi Isa menjadi tuhan. Orang-orang ini disebut sebagai penganut agama Nasrani. Selain Isa, mereka juga mengangkat ibunda nabi Isa ( Sitti Maryam ) menjadi tuhan, maka jadilah tuhan dalam agama nasrani menjadi tiga yang disebut sebagai “Tri Nitas”. Dari keterpesongan aqidah seperti ini dan masih banyak lagi praktek syirik dan mungkarat, yang dilakukan oleh masyarakat pada waktu itu, maka Allah SWT mengutus rasul-Nya yang terakhir untuk mengembalikan manusia kejalan yang benar, jauh dari syirik ( menyembah selain Allah ) dan mengimani rasul yang terakhir itu sebagai nabi dan rasul-Nya.

Ketika Nabi Muhammad SAW datang untuk menjalankan misi Allah diatas, bahwa dia adalah nabi dan rasul penutup segala nabi dan segala zaman, yang diakui oleh umat manusia dibelahan dunia mana saja, tetapi nabi Muhammad tidak diakui oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Karena itulah maka nabi bagi orang Yahudi hanya 23 orang dan nabi bagi orang Nasrani juga hanya 24 orang. Adapun umat Islam menerima nabi Muhammad SAW sebagai nabinya, maka nabi bagi umat Islam berjumlah 25 orang mulai dari nabi Muhammad, nabi Isa sampai nabi Adam AS. Umat Islam tidak mengasingkan atau menolak nabi-nabi sebagaimana umat-umat terdahulu, karena semuanya adalah utusan Allah SWT yang tercantum dalam al-Qur’an. Umat Islam hannya menolak nabi-nabi baru setelah nabi Muhammad SAW, karena nabi Muhammad adalah penutup segala nabi, tidak ada lagi nabi setelahnya. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam QS. 33 / al-Ahzab : 40 yang artinya “ Muhammad bukanlah bapak dari salah seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup segala nabi. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu “.

Dari firman Allah diatas dan menilik peran khalifah ( Abubakar ) dalam mengambil tindakan tegas keatas nabi-nabi palsu, hal mana menjadi dalih bagi uamt Islam ketika itu bahwa Madinah bermuqin sahabat-sahabat besar lagi alim dalam urusan umat adalah pengambil kebijakan utama, sedangkan wilayah-wilayah lain hanya menurut saja. Peran seperti ini menjadi patokan bagi umat Islam dalam qurun dan zaman kapan saja dalam menghadapi nabi-nabi palsu dan ajaran yang datang dari nabi palsu itu. Bahkan orientasi kebijakan Madinah seperti ini juga teradopsi dalam kebijakan yang lain, sehingga pemerintahan Islam atau pemerintahan dimana saja berada yang mengaku Islam sebagai agamanya hendaklah menjadikan kebijakan Abubakar ( kebijakan Madinah ) ini sebagai patokan dalam mengatasi segala masalah. Wallahu a’lam.

0 comments:

Post a Comment