English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday, November 8, 2013

GUDANGNYA ALLAH

Abd. Razak Muhidin


Dalam kitab “Nasha’ihul ‘Ibad” Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawiy menulis bahwa Allah mempunyai gudang yang dipersiapkan untuk menyimpan segala kekayaan dari hamba-hamba-Nya. Sekilas menyimak paparan seperti ini kita pasti bertanya-tanya, gudangnya Allah swt seperti apa ?. Sungguh sangat menakjubkan bila melihat apa yang bernama gudang biasanya untuk menyimpan segala perbendaharaan dalam hal ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang berharta. Namun yang lebih menakjubkan lagi bila gudang itu adalah milik Allah swt, tentu kekayaan dari hamba-hamba-Nya yang disimpan oleh Allah dalam gudang-Nya adalah harta benda yang tidak sama dengan yang dipunyai oleh makhluk-Nya. Nah, gudangnya Allah itu adalah “FAKIR, SAKIT dan SABAR”. Tiga hal ini akan kita coba menguraikannya satu persatu.

Yang pertama FAKIR.

Fakir yaitu orang yang hidupnya dibawah garis kemiskinan, dimana seseorang yang fakir dia bisa mendapatkan makanan untuk memenuhi hajatnya pada suatu waktu tetapi dia tidak bisa memastikan apakah waktu berikutnya dia bisa mendapatkan makanan. Artinya orang fakir adalah dia yang bisa mendapatkan makanan ketika lapar, tetapi dia tidak bisa memastikan apakah ketika lapar lagi dia bisa dia bisa mendapatkan makanan lagi atau tidak. Dalam tempo yang lebih lama seorang fakir bisa dapat makan di waktu siang, tetapi dia tidak bisa memastikan apakah malam nanti dia bisa dapat lagi atau tidak. Bisa dipastikan bahwa orang fakir dalam kategori seperti ini adalah orang yang benar-benar sangat dha’if, sangat susah misalnya orang buta yang sudah tentu tidak bisa bekerja dan berusaha. Termasuk juga orang lumpuh, sakit yang berpanjangan yang tidak mempunyai keluarga yang bisa merawat dan mencukupi hidupnya. Kondisi fakir seperti ini adalah gudangnya Allah swt.

Bila dianalisa, fakir yang menjadi gudangnya Allah swt ini tidak berarti Allah menghendaki agar kita semua menjadi fakir sehingga dengan fakir itu kita menjadi gudangnya Allah swt. Ini adalah analisa yang keliru, tetapi fakir yang menjadi gudangnya Allah swt adalah bahwa dalam kehidupan ini Allah swt telah melebihkan antara yang satu dengan yang lain dalam hal rezeki. Ada yang kaya, ada yang menengah dan ada yang kekurangan bahkan ada yang dibawah dari kekurangan. Nah diantara yang paling kurang dalam hal ini fakir adalah menjadi gudang simpanan khazanah kekayaan hamba-hamba Allah swt. Seperti apakah itu ? Tidak lain adalah disanalah bermuaranya harta benda dari orang-orang kaya yang diberikan kepada mereka orang-orang fakir itu. Ketika orang-orang kaya memberikan harta bendanya kepada orang-orang fakir maka dia seakan telah menyimpan harta bendanya itu di dalam gudangnya Allah swt. Nah harta benda yang disimpan itu bakal akan dibukakan oleh Allah swt di akhirat nanti dengan balasan yang berlipat ganda. Allah swt berjanji kepada orang-orang yang menafkahkan harta bendanya di jalan Allah sebagaimana dalam QS. al-Baqarah : 261 “Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta bendanya dijalan Allah adalah seperti sebiji benih yang ditanam dan tumbuh mempunyai tujuh tangkai, tiap-tiap tangkai berisi seratus biji. Dan Allah akan melipatgandakan pahala kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya dan Allah maha luas lagi maha mengetahui’. Ayat ini sangat jelas memberikan motivasi kepada siapa saja yang memberikan bantuan kepada orang fakir dan ke jalan yang dikehendaki oleh Allah swt, dakwah Islamiyah, mendirikan madrasah dll.

Yang kedua SAKIT.

Sakit adalah suatu keadaan yang sangat mengganggu aktifitas bahkan orang yang sakit tidak bisa melakkukan suatu kegiatan. Semakin lama sakit yang terjadi semakin parah sakitnya dan bisa membawa ajal. Banyak orang yang berkeluh kesah ketika sakit, padahal di sana terdapat gudang amaliah yang dipersiapkan oleh Allah swt untuk menyimpan kekayaan hamba-Nya ketika sakit itu. Karenanya dinasehati oleh Nabi saw agar orang yang sakit hendaklah bersabar, tidak berkeluh kesah atas penderitaannya. Bila orang yang sakit itu bisa bersabar menerima apa yang telah terjadi pada dirinya, maka itu menjadi pahala baginya. Selain dari itu sakit juga bisa menjadi kifarat penebus atau menghapuskan dosa yang telah ia lakukan. Disebutkan bahwa Nabi saw bersabda “Tidaklah seseorang yang tertusuk duri, tertimpah sakit demam dll, melainkan itu menjadi kifarat baginya”. Dari hadits ini bisa diimaknai bahwa sakit merupakan lumbung atau gudang yang dipersiapkan oleh Allah untuk menampung amal dari hamba-Nya yang sakit, apabila hamba tersebut bisa bersabar.

Sakit juga bisa menjadi lumbung atau gudang amaliyah bagi orang-orang disekitarnya, bahwa dengan adanya sakit dari keluarganya, tetangganya, pemimpinnya dll, semua itu merupakan kesempatan yang diberikan oleh Allah swt untuk beramal. Tidak lain kesempatan beramal itu adalah mengunjungi (melayat) orang yang sakit itu. Tidaklah orang yang melayat kepada sauudaranya yang sakit melainkan langkahnya itu dihitung dengan pahala yang berlipatganda dari Allah swt. Selain itu kedatangan kita bisa menghibur saudara kita yang sedang sakit, yang dengan cara itu bisa saja meringankan sakitnya bahkan menyembuhkannya. Maka dianjurkan ketika melayat itu agar memberikan kata-kata semangat (motivasi) kepada yang sakit agar kuat menghadapi cobaan dan bersabar yang akan memberi manfaat. Lalu melayat orang yang sakit juga bisa mendatangkan manfaat bagi orang yang melayat bahwa dengan situasi yang ada disekitarnya membuat diri tersadarkan dari kealpaan selama ini. Demikian nasehat Luqman kepada anaknya agar menziarahi kubur, menziarah orang yang sakit agar hati menjadi lembut. Semua ini tidak lain merupakan gudang yang disediakan oleh Allah swt.

Yang ketiga SABAR.

Sabar pada prinsipnya adalah menahan diri dari hal-hal yang buruk padahal dia mampu untuk melakukannya. Tidak bisa dikaitkan sabar seperti ini dengan menahan diri dari melakukan kebaikan juga disebut sabar, tetapi justru kebaikan dianjurkan untuk segera dilakukan. Jadi sabar dalam arti menahan diri dari kejahatan. Dia bisa marah tapi ditahan amarahnya, dia bisa saja menunjukkan kehebatannya tapi jangan sampai terjadi riya’, maka diurungkan niatnnya itu. Dia bisa berdusta (bohong) untuk mendapatkan keuntungan yang besar tetapi dia bisa menahan diri. Dia bisa menipu untuk urusan kenaikan pangkatnya tetapi dia bisa menahan diri. Maka dalam sebuah sabdanya Nabi mengatakan “Puasa itu sebagian dari sabar”, mengapa ?. Tidak lain karena orang yang berpuasa sebennarnya dia bisa makan apa saja, tetapi justru dia mampu menahan diri. Jadi menahan diri dalam hal ini bukan menahan diri dari berbuat kebajikan tetapi menahan diri dari kejahatan.

Nah kondisi seseorang yang bisa bersabar tersebut adalah merupakan gudang simpanan amaliyah dari Allah kepada hamba-hamba-Nya. Maka apabila hamba-hamba Allah yang bisa bersabar, Allah akan menyediakan tempat yang mulia kepadannya. Banyak orang-orang yang dicatat dalam Alqur’an dari para Nabi dan orang-orang shaleh karena kesabaran mereka. Nabi Ayub terangkat derajadnya setelah bersabar dari sakit yang parah, Nabi Ya’kub terangkat derajadnya ketika bersabar dari kehilangan putranya dalam hal ini Nabi Yusuf, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim dll sampai Nabi Muhammad saw ada disana kisah kesabaran mereka. Bila kita mampu bersabar, maka Allah akan mengangkat derajat kita dan menyimpan harta kekayaan kita dalam gudang simpanan-Nya. Inilah tiga hal yang kita sebut sebagai gudangnya Allah swt. Wallahu a’lam.

0 comments:

Post a Comment