English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Friday, February 28, 2014

PENYESALAN

Penyesalan adalah sebuah kondisi jiwa yang merasakan ketidaksukaan terhadap sesuatu yang telah terjadi, dalam hal ini sesuatu yang telah terjadi itu adalah berupa kerugian, kecelakaan, kesengsaraan, kekecewaan dan sebagainya. Katakan seseorang yang melakukan pelanggaran dalam agama dalam hal ini dia berbuat dosa, maka setelah berbuat dosa itu dia menyesali akan perbuatan dosa tersebut. Jadi penyesalan terjadi dalam hal-hal yang bersifat jelek, karena tidak ada yang menyesal bila mendapat keuntungan, kebahagiaan dll. Seorang pedagang misalnya ketika dia melakukan transaksi jual beli lalu dia mendapatkan keuntungan yang banyak tentu dia sangat senang dan gembira tidak mungkin dia menyesal karena keuntungan yang banyak itu. Tetapi sebaliknya dia pasti menyesal kalau mengalami kerugian. Beberapa paparan ini bisa mewakili apa yang selama ini disebut orang dengan menyesal atau penyesalan itu bahwa demikianlah kondisi jiwa manusia.

Nah penyesalan biasanya terjadi diakhir yang selalu diidentikkan sebagai penyesalan yang tiada berguna. Dalam bahasan Islam penyesalan diakhir yang tiada berguna yaitu penyesalan ketika telah terjadi sakaratul maut yaitu suasana yang terjadi ketika ruh akan berpisah dari jasad. Seseorang yang telah datang sakaratul maut lalu dia menyesal dari kesalahan dan dosa yang dia lakukan selama ini, lalu ingin rasanya dia bertobat pada waktu itu, tetapi dalam suasana seperti ini Allah telah menutup kesempatan untuk bertobat. Penyesalan seperti ini adalah sesuatu yang tidak berguna lagi demikian menurut informasi wahyu. Meskipun demikian, manusia terkadang cuai dan lalai sehingga dalam keseharian kita mendengar bahasa pertuturan bahwa menyesal kemudian tiada berguna artinya penyesalan janganlah terjadi diakhir dari sesuatu tetapi hendaklah penyesalan itu terjadi diawal dari sesuatu. Seperti apakah penyesalan diawal itu ? MIHRAB kita pada edisi ini mencoba menguraikannya walaupun sesederhana mungkin.

Kita seharusnya meletakkan penyesalan itu diawal, sebab penyesalan diakhir menjadi tidak berguna. Maka cobalah letakkan penyesalan itu diawal ketika diri beranjak pergi, keluar rumah mencari nafkah, camkahlah dalam-dalam betapa ruginya diri ini apabila bekerja mencari nafkah tetapi menghalalkan segala cara, melanggar batas ketentuan Allah. Dengan penyesalan diawal seperti ini tentu kita akan selalu mawas diri, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang selalu mengikuti bisikan syetan dan memperturutkan hawa nafsu. Setelah mawas diri maka penyesalan diawal seperti ini juga akan mem-berikan spirit pada kebajikan yang lainnya, misalnya aku sudah berupaya menghindari segala penghalalan cara tetapi masih saja rugi kalau aku bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga tanpa dibarengi dengan menegakkan perintah Allah dalam hal ini shalat. Karena semua pekerjaan tidak dihitung sebagai ibadah apabila tidak disertai dengan shalat didalamnya. Dengan penyesalan diawal seperti ini mendorong seseorang untuk menghindari dosa dan kesalahan dan meningkat-kan amal kebajikan.

Demikian juga dengan seseorang yang akan melakukan dosa dan kesalahan, bila penyesalan itu terjadi diawal tentu dia tidak akan melakukan dosa dan kesalahan itu. Misalnya seseorang yang berniat hendak mencuri. Ketika dia akan melakukan aksinya dia terdahulunya menyesali perbuatannya itu. Wah apa yang terjadi kalau ketika aku mencuri tiba-tiba dipergoki orang tentu ribet urusannya, bisa-bisa aku dibakar seperti yang kulihat kemaren di pasar. Ah…sebaiknya tidak usah aja. Dengan penyesalan diawal sebelum dia beraksi, maka bisa saja diurungkan niatnya itu. Bahkan lebih jauh dia berpikir kalau nanti orang tidak memergoki saya mencuri, tetapi saatnya nanti diakhirat Tuhan pasti membeberkan semua perbuatan saya. Atau pada saat mencuri aku terjatuh lalu mati tentu lebih parah lagi. Ah…sudah aku tak mau melakukannya. Dengan penyesalan diawal sebagai-mana dipaparkan ini mendorong dia untuk tidak melakukan perbuatan dosa dan kesalahan. Tidak akan berguna lagi ketika penyesalan diawal itu diurungkan lalu dia memberanikan diri untuk mencuri, lalu ketangkap hansip, tentu tidak berguna lagi penyesalan seperti itu. Oleh karena itu banyak yang menasehati agar penyesalan sebaiknya diawal.

Ada baiknya untuk kita renungi sebuah sabda Nabi saw kiranya kita meletakkan penyesalan diawal dari kesempatan yang tersaji dihadapan kita sebelum datang kesempatan yang membuat penyesalan itu tiada berguna yaitu pergunakan lima kesempatan sebelum datang lima kesempitan yaitu hidup sebelum datang mati, sehat sebelum datangnya sakit, waktu luang sebelum datangnya sibuk, masa muda sebelum datangnya masa tua, dan masa kaya sebelum datangnya miskin. Bila hidup dipergunakan untuk menyesali diri bahwa kalau tidak berbekal dengan amal kebaikan, justru akan sengsara ketika mati, dan penyesalan ketika mati menjadi tidak berguna. Apalagi semakin disadari bahwa bila sudah mati tentu tidak bisa beramal lagi. Dengan penyesalan seperti ini yang diletakkan diawal tentunya kita selalu mawas diri menjauhi larangan Allah dan mentaati perintah-Nya. Apalagi disadari bahwa mati itu sebentar saja terjadi yang tidak bisa dipastikan kapan datangnya. Dengan demikian semakin mendorong seseorang untuk mengisi hidup dengan amal kebajikan sebelum datangnya kematian.

Yang berikut menyesali waktu luang sebelum datangnya kesibukan. Semua orang pasti berdalih bahwa dia selalu sibuk dalam kesehariannya, yang dengan alasan atau dalih seperti itu telah menjadi suatu kebolehan padanya untuk tidak beramal ibadah. Dalih seperti ini adalah salah, karena waktu luang adalah waktu yang sebagaimana kita rasakan atau waktu yang telah ada pada kita. Sebab kalau berdalih ada waktu luang dulu baru beramal dan beribadah, pasti semua akan berdalih bahwa tidak ada waktu padanya. Jadi waktu luang adalah waktu sebagaimana yang tersaji kepada kita. Katakanlah seorang pengusaha, dia bekerja dan berusaha maka waktu yang dihabiskan untuk berusaha itu adalah waktu luang baginya. Apapun juga dia harus memperguakan waktu itu untuk berusaha disamping itu untuk beribadah, jika tidak demikian maka dialah yang mempersempitkan waktu untuk dirinya sendiri bukan orang lain. Semua orang pasti menyadari bahwa ada waktu luang untuk dirinya, karena waktu sempit hanya terjadi yaitu waktu yang tidak bisa dipergunakan untuk berbuat apa-apa lagi, seperti waktu ketika kita telah mati. Apabila kita mati itulah waktu sempit, karena ketika itu kita tidak bisa beramal lagi.

Uraian yang sama juga bisa ditransformasikan pada sehat sebelum sakit, bahwa ketika sehat hendaklah didahuli dengan penyesalan, bahwa saatnya aku sehat seperti sekarang ini menjadi tidak berguna apabila sakit telah tiba, maka mumpung ada kesempatan ketika sehat ini hendaklah dipergunakan untuk beramal dan beribadah. Bahkan dalam ber-ibadahpun hendaklah didahului dengan penyesalan “Ya Allah dengan kesempatan seperti ini hamba bisa beribadah karenanya kekalkanlah keadaan seperti ini sampai akhir hayat jangan sampai datang waktu sempit yang menghalangi aku untuk beribadah seperti ini”. Yang menjadi masalah apabila ketika datang sakit baru penyesalan itu terjadi, kenapa aku tidak beramal dan beribadah ketika sehat kemarin. Masih baik kalau Allah sembuhkan dari sakit, tetapi apakah ketika sembuh dari sakit itu disadari kembali sebagaimana ketika ditimpah sakit kemarin ? Tetapi bagaimana kalau sakit itu berpanjangan sampai membawa kematian? Tentu penyesalan diakhirlah yang terjadi, oh…sebaiknya kalau waktu sehat kemarin-kemarin itu aku bisa beramal dan beribadah. Inilah penyesalan yang tidak berguna. Demikian juga dengan masa muda sebelum tua dan kaya sebelum miskin yang hendaklah diletakkan penyesalan itu diawal sehingga mendorong kita untuk mempergunakan kearah yang bermanfaat, bukan penyesalan yang terjadi diakhir.

Allah telah jauh-jauh hari membeberkan orang-orang yang menyampaikan penyesalannya diakhir, bahwa mereka ingin kembali kedunia untuk beramal dan beribadah sebanyak-banyaknya, tetapi kesempatan itu hanya digilirkan untuk sekali. Ternyata mereka menerima catatan perjalanan hidupnya dengan sodoran tangan kiri, sebuah isyarat buruk yang bakal terjadi, lalu mereka dicampakkan ke tempat yang paling hina. Ada juga diantara mereka yang karena teramat sangat penyesalannya, sampai sampai ingin ber-bohong kepada Allah bahwa mereka belum pernah mendengar berita tentang pertemuan pada hari yang amat dahsyat itu. Lalu Allah merefiew kembali kejadian masa lampau yang sebenarnya mereka telah mendengar berita itu tetapi mereka hendak berpura-pura lalu mereka juga dilemparkan ke tempat yang paling buruk. Ada juga diantara mereka yang teramat menyesal yang penyesalan mereka juga tidak berguna lagi, sehingga ada yang menghina diri mereka sendiri, kalau boleh seharusnya dulu aku tidak menjadi manusia dan sebaiknya aku menjadi tanah kering. Penyesalan seperti itu karena tanah dan makhluk lainnya senantiasa berbakti dengan taat setia, tunduk patuh kepada Allah, tidak seperti dirinya dan manusia lainnya yang selalu membangkang kepada Allah. Demikian, wallahu a’lam.

0 comments:

Post a Comment